Minggu, 03 Januari 2010

KEPEMIMPINAN

Kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya. Kepemimpinan mempunyai kaitan yang erat dengan motivasi.

Hal tersebut dapat dilihat dari keberhasilan seorang pemimpin dalam menggerakkan orang lain dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan sangat tergantung kepada kewibawaan, dan juga pimpinan itu dalam menciptakan motivasi dalam diri setiap orang bawahan, kolega, maupun atasan pimpinan itu sendiri.

Gaya kepemimpinan

  1. Otokratis. Kepemimpinan seperti ini menggunakan metode pendekatan kekuasaan dalam mencapai keputusan dan pengembangan strukturnya. Jadi kekuasaanlah yang sangat dominan diterapkan.
  2. Demokrasi. Gaya ini ditandai adanya suatu struktur yang pengembangannya menggunakan pendekatan pengambilan keputusan yang kooperatif. Di bawah kepemimpinan demokratis cenderung bermoral tinggi dapat bekerjasama, mengutamakan mutu kerja dan dapat mengarahkan diri sendiri.
  3. Gaya kepemimpinan kendali bebas. Pemimpin memberikan kekuasan penuh terhadap bawahan, struktur organisasi bersifat longgar dan pemimpin bersifat pasif.

Adapun ciri-ciri gaya kepemimpinan otokratis adalah sebagai berikut:

1.1 Wewenang mutlak terpusat pada pemimpin;

1.2 Keputusan selalu dibuat oleh pemimpin;

1.3 Kebijakan selalu dibuat oleh pemimpin;

1.4 Komunikasi berlangsung satu arah dari pimpinan kepada bawahan;

1.5 Pengawasan terhadap sikap, tingkah laku, perbuatan atau kegiatan para bawahannya dilakukan secara ketat;

1.6 Tidak ada kesempatan bagi bawahan untuk memberikan saran pertimbangan atau pendapat;

1.7 Tugas-tugas bawahan diberikan secara instruktif;

1.8 Lebih banyak kritik dari pada pujian, menuntut prestasi dan kesetiaan sempurna dari bawahan tanpa syarat, dan cenderung adanya paksaan, ancaman, dan hukuman.

  1. Gaya Kepemimpinan Birokratis

Gaya ini dapat dilukiskan dengan kalimat “memimpin berdasarkan peraturan”. Perilaku pemimpin ditandai dengan keketatan pelaksanaan prosedur yang berlaku bagi pemipin dan anak buahnya.

Pemimpin yang birokratis pada umumnya membuat keputusan-keputusan berdasarkan aturan yang ada secara kaku tanpa adanya fleksibilitas. Semua kegiatan hampir terpusat pada pimpinan dan sedikit saja kebebasan orang lain untuk berkreasi dan bertindak, itupun tidak boleh lepas dari ketentuan yang ada.

Adapun karakteristik dari gaya kepemimpinan birokratis adalah sebagai berikut:

2.1 Pimpinan menentukan semua keputusan yang bertalian dengan seluruh pekerjaan dan memerintahkan semua bawahan untuk melaksanakannya;

2.2 Pemimpin menentukan semua standar bagaimana bawahan melakukan tugas;

2.3 Adanya sanksi yang jelas jika seorang bawahan tidak menjalankan tugas sesuai dengan standar kinerja yang telah ditentukan.

  1. Gaya Kepemimpinan Demokratis

Gaya kepemimpinan demokratis adalah kemampuan mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan cara berbagai kegiatan yang akan dilakukan ditentukan bersama antara pimpinan dan bawahan.

Gaya ini kadang-kadang disebut juga gaya kepemimpinan yang terpusat pada anak buah, kepemimpinan dengan kesederajatan, kepemimpinan konsultatif atau partisipatif. Pemimpin kerkonsultasi dengan anak buah untuk merumuskan tindakan keputusan bersama.

Adapun ciri-cirinya sebagai berikut:

3.1 Wewenang pemimpin tidak mutlak;

3.2 Pimpinan bersedia melimpahkan sebagian wewenang kepada bawahan;

3.3 Keputusan dan kebijakan dibuat bersama antara pimpinan dan bawahan;

3.4 Komunikasi berlangsung secara timbal balik, baik yang terjadi antara pimpinan dan bawahan maupun sesama bawahan;

3.5 Pengawasan terhadap sikap, tingkah laku, perbuatan atau kegiatan para bawahan dilakukan secara wajar;

3.6 Prakarsa dapat datang dari pimpinan maupun bawahan;

3.7 Banyak kesempatan bagi bawahan untuk menyampaikan saran, pertimbangan atau pendapat;

3.8 Tugas-tugas kepada bawahan diberikan dengan lebih bersifat permintaan dari pada intruksi;

3.9 Pimpinan memperhatikan dalam bersikap dan bertindak, adanya saling percaya, saling menghormati.

  1. Gaya Kepemimpinan Laissez Faire

Gaya ini mendorong kemampuan anggota untuk mengambil inisiatif. Kurang interaksi dan kontrol yang dilakukan oleh pemimpin, sehingga gaya ini hanya bisa berjalan apabila bawahan memperlihatkan tingkat kompetensi dan keyakinan akan mengejar tujuan dan sasaran cukup tinggi.

Dalam gaya kepemimpinan ini, pemimpin sedikit sekali menggunakan kekuasaannya atau sama sekali membiarkan anak buahnya untuk berbuat sesuka hatinya. Adapun ciri-ciri gaya kepemimpinan Laissez Faire adalah sebagai berikut:

4.1 Bawahan diberikan kelonggaran atau fleksibel dalam melaksanakan tugas-tugas, tetapi dengan hati-hati diberi batasan serta berbagai produser;

4.2 Bawahan yang telah berhasil menyelesaikan tugas-tugasnya diberikan hadiah atau penghargaan, di samping adanya sanksi-sanksi bagi mereka yang kurang berhasil, sebagai dorongan;

4.3 Hubungan antara atasan dan bawahan dalam suasana yang baik secara umum manajer bertindak cukup baik;

4.4 Manajer menyampaikan berbagai peraturan yang berkaitan dengan tugas-tugas atau perintah, dan sebaliknya para bawahan diberikan kebebasan untuk memberikan pendapatannya;

Dengan adanya model kepemimpinan yang bertalian langsung terhadap produktivitas, maka Likert (dalam Wihjosumidjo, 1994:73), mengemukakan pendapatnya bahwa suatu organisasi yang tidak produktif disebabkan adanya kecendrungan pemimpin ke arah gaya kepemimpinan otoriter, sebaliknya produktivitas tinggi yang dapat dicapai oleh organisasi, banyak ditentukan oleh adanya gaya kepemimpinan yang konsultatif atau gaya kepemimpinan partisipatif.

Demikian pula apa yang dikemukakan oleh Wendel French (dalam Winardi, 1995:81), mengemukakan bahwa ada beberapa faktor yang berkaitan dengan persoalan kepemimpinan yang perlu diperhatikan secara simultan. Di mana misalnya dapat berusaha untuk memperbaiki iklim organisasi yang membantu kepemimpinan secara efektif.

Selanjutnya Anonim (1999:9) mengemukakan bahwa : kepemimpinan yang berhasil adalah suatu proses kepemimpinan yang dapat memenuhi kebutuhan dari masing-masing situasi dan dapat memilih/menerapkan teknik atau gaya kepemimpinan yang sesuai dengan tuntutan situasi tersebut.

Seorang pemimpin dapat melaksanakan macam-macam gaya kepemimpinan, yang sebagian besar tergantung dari pada watak orang yang bersangkutan. Tetapi, seorang pemimpin yang bijaksana senantiasa akan berusaha untuk menerapkan gaya kepemimpinan yang paling sesuai dengan situasi serta kondisi yang dihadapinya. Setiap pemimpin menjalankan kepemimpinan atau leadership.

Kepemimpinan pada hakekatnya merupakan produk situasional. Dalam hubungan ini, keberhasilan kepemimpinan di sekolah sebenarnya akan lebih banyak ditentukan oleh faktor-faktor situasi seperti: karakteristik individu yang dipimpin, pekerjaan lingkungan sekolah, kebudayaan setempat, kepribadian kelompok, dan bahkan waktu yang dimiliki oleh kepala sekolah.

Demikian pula apa yang dikemukakan oleh Wendel French (dalam Winardi, 1995:81), mengemukakan bahwa ada beberapa faktor yang berkaitan dengan persoalan kepemimpinan yang perlu diperhatikan secara simultan. Di mana misalnya dapat berusaha untuk memperbaiki iklim organisasi yang membantu kepentingan secara efektif. Di samping itu pula, kita dapat mengidentifikasi ciri-ciri dasar pribadi. Pendekatan ke arah kepemimpinan yang lebih efektif adalah menyesuaikan skill khususnya dengan situasi-situasi spesifik. Berdasarkan dimensi-dimensi yang didasarkan atas kekuasaan posisi, struktur tugas, dan hubungan pemimpin dengan bawahan. Para individu dapat diberikan tugas-tugas baru dan atau kelompok-kelompok dapat direstrukturisasi guna memperbaiki hubungan-hubungan pemimpin dengan para anggotanya.

SUMBER:

http://id.wikipedia.org/wiki/Kepemimpinan

http://meetabied.wordpress.com/2009/12/24/gaya-kepemimpinan/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar